High Risk Period (HRP) Kasus Penyakit Mulut dan Kuku Pasca Wabah pada Peternakan Sapi Perah di Kabupaten Malang

Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) merupakan penyakit ternak yang sangat merugikan secara ekonomi. Perhitungan periode berisiko atau high risk period (HRP) akan membantu otoritas veteriner untuk melakukan pelacakan secara efisien potensi wabah sekunder atau penyebaran virus dari kasus indeks. Penelitian...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Authors: Chaerul Basri, Atsmarina Widyadhari, Etih Sudarnika
Format: Article
Language:Indonesian
Published: Universitas Gadjah Mada 2024-12-01
Series:Jurnal Sain Veteriner
Subjects:
Online Access:https://jurnal.ugm.ac.id/jsv/article/view/91219
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Description
Summary:Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) merupakan penyakit ternak yang sangat merugikan secara ekonomi. Perhitungan periode berisiko atau high risk period (HRP) akan membantu otoritas veteriner untuk melakukan pelacakan secara efisien potensi wabah sekunder atau penyebaran virus dari kasus indeks. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis perhitungan HRP pada peternakan sapi perah di Kabupaten Malang berdasarkan variabel 1) pengetahuan peternak mengenali gejala klinis PMK, 2) waktu pelaporan peternak, 3) waktu petugas datang menangani pelaporan, dan 4) waktu yang dibutuhkan untuk konfirmasi uji laboratorium. Survei dilakukan pada 126 peternak pada bulan Juli-Agustus 2023. Ukuran sampel dihitung berdasarkan asumsi tingkat kepercayaan 95%, prevalensi dugaan 13%, tingkat kesalahan 6% menggunakan software WinEpiscope 2.0. Data dianalisis secara deskriptif. Peternak sapi perah di Kabupaten Malang memiliki pengetahuan yang baik tentang gejala klinis PMK meski ada beberapa ciri yang luput dan perlu ditingkatkan pemahamannya. Sebanyak 98% peternak segera melakukan pelaporan setelah mengamati adanya gejala klinis PMK pada ternaknya. Kecepatan petugas dalam menanggapi pelaporan sudah baik yakni seketika pada hari pelaporan dilaporkan dan pengujian laboratorium yang segera dilakukan untuk mengonfirmasi penyakit PMK dapat membuat probabilitas HRP 7 hari 91% (SK: 0,87-0,95),  HRP 14 hari 7% (SK: 0,04-0,11) dan HRP 21 hari 2% (SK: 0,01-0,05). Pengetahuan mengenai gejala klinis dan kesadaran peternak dalam melakukan pelaporan PMK di Kabupaten Malang sudah baik, namun perlu ditingkatkan. Upaya peningkatan peran peternak dalam deteksi dini dapat dilakukan dengan intervensi berupa penyuluhan dan membangun kedekatan dengan petugas lapangan.
ISSN:2407-3733